PURWAKARTA, (BPK).- Kabupaten Purwakarta kembali memperingati hari jadinya yang ke-55 pada tahun 2023 ini. Pada perayaan kali ini, Logo Hari Jadi Purwakarta Tahun 2023 memiliki tema yang menjadi harapan dan do’a yaitu Meniti Asa, Menggapai Cita untuk Purwakarta Istimewa.
Dikutip dari dokumen Rangkaian Hari Jadi, logo Hari Jadi Purwakarta ke-192 dan Hari Jadi Kabupaten Purwakarta ke-55 ini menggambarkan hangatnya sapaan senja dalam lensa Kabupaten Purwakarta yang indah seperti sebuah keajaiban alam dari Jawa Barat.
Logo Hari Jadi Purwakarta tahun 2023 ini bertemakan modern vintage yang dipadukan dengan 11 unsur khas Kabupaten Purwakarta yang direpresentasikan dalam Festival 11 Tahun 2023.
Dibalut dengan warna hangat yang menyelimuti warna dingin, membuat Logo Hari Jadi Purwakarta Tahun 2023 ini menjadi multidimensional tanpa meninggalkan asal muasal unsur budaya.
Secara keseluruhan, Logo Hari Jadi Purwakarta Tahun 2023 ini merupakan ilustrasi dari Hari Jadi Kabupaten Purwakarta ke-55 dan Purwakarta ke-192, dengan harapan dan do’a semuanya dapat terwujud dalam Meniti Asa, Menggapai Cita untuk Purwakarta Istimewa.
Filosofi bentuk Logo Hari Jadi Purwakarta
Seperti dikutip purwasuka.viva.co.id, bentuk ini merepresentasikan kebersamaan, terbuka menerima perspektif tanpa menghakimi atau membatasi.
Sinergitas masyarakat dengan Pemerintah harus terjaga dengan baik untuk mendukung kemajuan bersama.
Lingkaran adalah bentuk geometris yang sempurna, bermakna keindahan dalam segala hal termasuk keterkaitan alam dengan kita harus terjaga secara baik, terutama membangun konsep pentahelix dalam bidang apapun.
Tak ada batasan ruang dan gerak, yang artinya selalu memiliki inovasi dan kreatifitas tinggi adalah representasi dari masyarakat Purwakarta yang memiliki kreatifitas tinggi dalam meniti asa, menggapai cita untuk Purwakarta Istimewa.
Museum Keramik Plered, sebagai salah satu tempat edukasi dan budaya dalam hal memberikan informasi tentang gerabah atau keramik khas Purwakarta.
Jatiluhur, dibangun mulai tahun 1957 dengan peletakan batu pertama oleh Ir. Soekarno dan diresmikan Presiden Soeharto pada Agustus 1967. Membendung sungai Citarum dengan luas 4500 Km persegi.
Taman Air Mancur Sribaduga berada pada sebuah danau bernama Situ Buleud. Objek wisata ini punya sejarah panjang yang berkaitan dengan peristiwa perpindahan ibu kota Karawang pada masa itu.
Batik Kahuripan, yang motifnya melambangkan kejayaan, dua pilarnya melambangkan dua kalimat syahadat. Atap tinggi yang berarti suhunan Julang Ngapak, melambangkan perlindungan kepada seluruh warga Kabupaten Purwakarta. Kujang melambangkan wibawa, merupakan senjata khas Jawa Barat yang juga merupakan simbol tataran Pasundan.
Situ Wanayasa membuktikan bahwa suatu negara tidak lepas tercipta tanpa adanya sejarah masa lalu yang bersembunyi di dalamnya.
Menong merupakan boneka keramik berbahan dasar tanah liat. Kata menong berasal dari dua kata utama, yaitu “Men” yang berarti manusia, dan “Nong” yang berarti cantik.
Gunung Parang punya jalur pendakian yang terletak di Jalan Lingkar Gunung Parang Pasanggrahan, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, yang memiliki ketinggian 963 mdpl.
Sisa-sisa eksotisme masih tampak kentara dari dua bangunan cagar budaya di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Berlokasi di Jalan KK Singawinata, kedua bangunan yang dinamai Gedung Kembar itu seolah ingin bercerita dan menyeret alam bawah sadar kita tentang romantisme tempo dulu.
Mesjid Agung Baing Yusuf, masuknya agama Islam di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat tidak bisa dipisahkan dengan berdirinya masjid yang didirikan oleh Raden H Mochammad Joesoef bin Raden Djajanegara pada 1826. Mesjid Agung Baing Yusuf terletak di Jalan Gandanegara, Kelurahan Cipaisan, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta.Sate Maranggi dikenal sebagai kuliner khas yang berasal dari Purwakarta. Menurut sejarah, Sate Maranggi memiliki filosofi “Tiga Daging Setusuk” yang melambangkan Tri Tanggu, yaitu tekad, ucap, dan tindakan dalam Bahasa Sunda. (Vans)