JAKARTA, (BPK).- Wakil Menteri Desa Budi Arie Setiadi menjelaskan, sesuai dengan Permendes Nomor 13 Tahun 2020 menyebutkan jika prioritas Dana Desa 2021 masih seputar Desa Aman Covid-19, termasuk meneruskan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp300.000 kepada sekitar 8,1 juta Keluarga Penerima Manfaat atau sekitar 41 persen dari total Dana Desa.
Budi Arie mengatakan, terkait dengan program pembangunan, Dana Desa 2021 nantinya sejalan dengan program nasional seperti Desa Digital, Desa Wisata dan Infratruktur Desa. Yang tidak kalah penting, kata Budi Arie, adalah Desa menjadi daerah penyangga aman Covid-19.
“Olehnya, Pemerintah Desa perlu alokasikan anggaran untuk itu mengingat dampak pandemi Covid-19 ini sekaligus juga mulai menggerakkan sektor-sektor produktif untuk menjadi penopang ekonomi nasional pasca Covid-19,” kata Budi Arie saat menjadi narasumber dalam Ruang Merdeka bertema Dana Desa Gairahkan Ekonomi Nasional, Rabu (10/2/2021).
Budi Arie mengatakan, Dana Desa ini bisa dipergunakan untuk menopang pemulihan ekonomi nasional lewat pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan meningkatkan kapasitas desa dengan menggelar sejumlah pelatihan produktif.
“Olehnya, kami berharap Dana Desa tahun 2021 nantinya menyentuh juga sektor-sektor produktif,” kata Ketua Umum DPP Projo ini.
Disinggsung soal ketahanan desa selama masa pandemi Covid-19, Budi Arie mengatakan desa terbilang tangguh untuk menghadapi pandemi ini, terbukti angka pasien Covid-19 di desa sangat kecil dibandingkan dengan kota.
Hal ini membuktikan jika masyarakat desa cukup disiplin mencegah penularan Covid-19. Kemendes PDTT sendiri telah meminta Desa untuk membentuk Relawan Lawan Covid-19, pembukan Posko Jaga Desa untuk memfilter warga yang akan masuk ataupun keluar desa. Membuat ruang isolasi, kampanye Protokol Kesehatan dan sejumlah langkah lain.
Banyak inovasi yang dilakukan seperti sekitar 65.000 desa yang membangun ruang isolasi mandiri, penyemprotan disinfektan dan berbagai terobosan-terobosan lainnya.
Kemendes PDTT bakal melakukan kajian menyeluruh dan mendalam lagi soal efektitas Dana Desa yang telah digelontorkan sejak tahun 2015 pasalnya sepanjanga setahun terakhir saat menyambangi desa-desa, Budi Arie menemukan fakta jika ada Desa yang memang maju namun ada juga yang stagnan perkembangannya.
“Dana Desa ini harus dievaluasi menyeluruh karena ini adalah instrumen keadilan. Dana Desa akan berhasil jika ditangani orang yang tepat,” kata Budi Arie.
Budi Arie mangatakan, masih ada sekitar 21.173 desa dari total 74.953 desa di Indonesia masuk kategori tertinggal dan sangat tertinggal. Angka ini yang bakal digenjot oleh Kemendes PDTT agar dalam lima tahun ke depannya, angka ini berkurang minimal setengah dari jumlah desa tersebut.
“Ini setidaknya targetnya, bersyukur jika lebih cepat karena tantangannya banyak seperti luas wilayah dan kondisi alam,” kata Budi Arie.
Budi Arie memaparkan, salah satu faktor yang mendorong kemajuan desa adalah anak muda. Kesimpulan ini diambil Budi Arie saat mengunjungi sejumlah desa yang maju, motor penggeraknya adalah para generasi muda. Olehnya, Ia mendorong agar anak muda tetap tinggal di desa untuk membangun desa.
“Makanya kalau mengunjungi desa, saya selalu menanyakan ke Kades soal keberadaan anak muda karena ini faktor pendorong pembangunan desa,” kata Budi Arie.
Berkaitan dengan ketahanan pangan, Budi Arie menjelaskan sekitar 84 persen dari total desa di Indonesia berbasis pertanian dan produktifitasnya pun sangat tinggi. Budi Arie menyitir dana Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jika kontribusi sektor pertanian masih positif untuk perekonomian nasional.
Budi Arie menegaskan, jika desa itu masa depan Indonesia dan kunci keberhasilan pembangunan Indonesia. “Desa Maju, Indonesia Maju,” tandas Budi Arie. (Red)