Sumsel BPK. Com-setelah berabad-abad misteri rahasia di balik simbul bintang segi delapan Mandala Kencana Mandulika kerajaan sriwijaya akhirnya terungkap, pengungkapan symbol sendiri membutuhkan waktu yang tidak sedikit hamper sepanjang hidupnya sejarawan asal semende bernama Datuk di Rajawali Grand Master Pangeran Rafles Hamzah P yang akrab di sapa Rafles Semende sekaligus pemerhati dan tokoh adat ini berusaha keras untuk mengetahui rahasia dan folosofi makna dari lambing kerajaan sriwijawa masa lalu. Selasa 25 Juni 2024.
Datuk di Rajawali Grand Master Pangeran Rafles Hamzah P kepada awak media cyber-nasional.com mengungkapkan “Simbol bintang segi 8 di prasasti sriwijaya yang tak pernah di ungkap oleh para sejarawan dalam dan luar Indonesia, padahal symbol tersebut memiliki makna filosofis yang sangat luhur menjadi memori kolektif of masyarakat besemah libagh semende panjang adalah masyarakat palembang uluan Sumsel.
Menurutnya Sebelum agama hindu dan budha masuk ke bumi nusantara sudah ada ajaran Suryana, ajaran ini adalah ajaran asli leluhur nusantara bukan ajaran penyembah matahari yang menyinari kedelapan penjuru mata angin, ajaran suryana mengarahkan manusia kepada kesejahteraan seluruh mahluk hidup, oleh sebab itulah lambang atau simbol yang di pakai adalah Bintang bersegi delapan atau surya Majapahit atau Mendale Kencake Mandulike/Bebulan dan didalam kalimat MENDALE/MANDALA mengandung sebuah rahasia ajaran yang membentuk kesatuan antara manusia (microcosmos) dengan alam semesta (macro kosmos) agar tetap seimbang yang bermakna:
1.Silih bermakna pemimpin yang adil, dan itu akan silih berganti diturunkan oleh sang pencifta yaitu Allah subhanahu wata`ala untuk mengimbangi pemimpin pemimpin yang zholim dimuka bumi ini (7 ganti 9 gilir)
2.Silih Asah bermakna Saling mengingatkan dan mencerdaskan dalam keilmuan, sebagai wujud kebajikan, dan kebijakan.surah Surah Al-‘Asr (wal asri)
3.Silih Asuh bermakna saling membimbing atau memberi petunjuk dan petuah yang adiluhung dalam pemerintah negara.(hakikat trisula weda)
4.Silih Asuh (hukum) bermakna tidak pandang bulu didalam menjalankan dan menegakkan keadilan, yang mangacu pada prinsip keadilan atau ajaran (Kartagama) dan kanegaraan (Kartanagara). Hal ini dimplementasikan dalam negara dan bentuk hukum yang menciptakan rasa keadilan.
seperti contoh: Legenda Sipahit Lidah dan Sipahang Lidah twah, yang bermakna tutur katam sikap dan perilakunya selalu berlandaskan keadilan, tidak ditambah dan dikurangi atau dalam bahasa Sunda “Saciduh Metu Saucap Nyata”.(hakikat trisula weda). Ujarnya
Kemudian
1. Yang pertama adalah disebut MANDALA KASUNGKA dalam tingkatan ini seseorang masih memikirkan tentang “Nafsu syahwat, gaya hidup dan kekuasaan” serta segala yang bersifat “kebinatangan”. Merupakan kualitas manusia yang “terendah” .
2. Yang kedua adalah MANDALA SEBA tingkatan ini dimana seseorang masih memikirkan tentang “Dirinya sendiri”.
3. Yang ketiga adalah MANDALA RAJA tingkatan ini hanya dapat tercapai jika seseorang memikirkan tentang “Kebijakan dan kebajikan”.
4. Yang keempat adalah MANDALA WENING dalam tingkatan ini hanya dapat tercapai jika seseorang telah memikirkan tentang “Kasih sayang’.
5. Yang kelima adalah MANDALA WANGI tingkatan ini hanya dapat tercapai jika seseorang telah memikirkan tentang “Kebenaran”.
6. Yang keenam adalah MANDALA AGUNG hanya dapat tercapai jika seseorang telah memikirkan tentang “Kehidupan Bangsa dan Negara”.
7. Yang ketujuh adalah MANDALA HYANG dalam tingkatan ini seseorang ditingkat setara dengan kewalian yang dapat tercapai jika seseorang telah memikirkan “Kesemestaan atau di sebut SAPTA MANDALA SALIRA”.
Dari ke-Tujuh lapisan kesadaran dalam diri dalam islam di sebut 7 latifah yg meliputi 7 petala langit dan bumi, sehingga akan menjelaskan secara spesifik mengenai. kejelasan sebagai Elemen Air. Terangnya.
Selanjutnya – Kejelasan mengatasi kemarahan. Mereka yang memiliki kejelasan dengan kecemerlangan intelektual, tajam dan tepat. Mereka mempertahankan perspektif dan penuh integritas. Namun jika sudah menjadi pembenaran Ego, maka “Kejelasan” itu bisa menjadi terlalu analitis, kritis, dogmatis, otoriter dan menuntut kesempurnaan.
Kesempurnaan sebagai Elemen Tanah/Bumi, Kesempurnaan dengan melihat semuanya tiada beda mengatasi kebanggaan. Namun dengan menyerap segalanya kadang justru bisa menjadi masalah. Tanpa disadari menyerap banyak hal bisa menjadi kesombongan, karena merasa memiliki banyak hal.
Vitalitas sebagai Elemen Api, Vitalitas yang didasari pengamatan yang tajam dan detail membuat pemahaman bahwa ada hal yang tidak ternilai dalam setiap orang. Muncullah sifat yang hangat dan penuh cinta. orang seperti ini akan menawan dan menjadi daya tarik kepada orang lain, dan Bagi orang yang masih memiliki kekotoran bathin, sering menyebabkan keinginan obsesif untuk menarik dan memahami situasi yang paling menyenangkan. Integritas menjadi menurun seiringan dengan berusaha dikenal baik dan menarik. Tambahnya.
Ajaran kesejahteraan untuk makhluk hidup, dalam lambang bintang segi 8 yang di wariskan oleh Sriwijaya, yang di sebut sebagai, Ajaran MANDALA KENCANA MANDULIKA di jagad Basemah lebar Semende panjang yang di lupakan sehingga semua petata/petisi di tinggalkan maka membuat, manusia lupa diri, dan tidak bercermin kepada Alam semesta.
Dalam lambing Mandala Kencana Mandulika ada Matahari, melambangkan sifat Arrahman dan Arrahim. Yang menyinari 8 penjuru mata angin tanpa pilih kasih. Sebagai wujud nyata dari sebuah harmonisasi,itulah yang harus dilakukan manusia dimuka bumi ini, sehingga tujuan hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah ta’ala, bukan mengikuti segala hawa nafsu,serakah,angkuh,tamak,yang menjadikan BENCANA bagi manusia itu sendiri, dan Alampun akan MURKA.
Lalu- Kerajaan Majapahit ditanah Jawapun memakai sambol bintang segi 8 ini dan berlagsung sampai kepada masa kesultanan kesultanan di Nusantara lainnya. Contohnya : Simbol bintang segi 8 di setiap prasasti sriwijaya, Simbol bintang segi 8 di jagad besemah libagh semende panjang, Bintang segi 8 disebut surya dikerajaan Majapahit oleh sejarawan yang menduplikasi bintang segi 8 sriwijaya, Bintang segi 8 disebut dalam bahasa Arab sebagai Bintang segi 8 pada masjidil aqsa. Paparnya.
Masih Datuk di Rajawali Grand Master Pangeran Rafles Hamzah P, tahun 1400-san simbol bintang segi 8 Mandala Kencana Mandulika, milik Sriwijaya seperti ditenggelamkan, bahkan tidak ada satupun sejarawan Indonesia dan luar Indonesia membahas hal ini seolah olah yang ada hanya bintang segi 8 surya Majapahit, bintang segi 8 yang ada disumatra seolah olah itu bukti penaklukan Majapahit disumatra, padahal faktanya Sriwijaya abad ke 7 sudah memakai bintang segi 8 dan Majapahit baru di abad ke 13 , memakai bintang segi 8 jadi jelas kerajaan Sriwijawa lebih tua dari kerajaan Majapahit dan dugaan majapahit generasi penerus sriwijawa hal tersebut Dilihat dari lambang atau simbol majapahit, dan umur kerajaan majapahit dengan sriwijawa berjarak 6 abad lebih dulu sriwijawa. Tutupnya.
Red